Saturday, July 5, 2014

ASPEK: Kontrak Politik Satukan Prabowo dengan Buruh

Jakarta (Antara) - Wakil Presiden Bidang Hubungan Industrial Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (ASPEK Indonesia) Mirah Sumirat menegaskan kontrak politik yang berani dilakukan Prabowo Subianto yang menyatukan capres itu dengan buruh dan pekerja. 
"Sehingga tidak ada alasan bagi buruh untuk tidak mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia 2014-2019," katanya di Jakarta, Kamis. 


Menurut dia, hal itu adalah komitmen organisasi terkait dengan dukungan ASPEK Indonesia kepada Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. 
Ia menegaskan bahwa salah satu alasan kuat dan paling penting adalah keberanian Prabowo Subianto menandatangani kontrak politik 10 tuntutan rakyat dan buruh (Sepultura). 
"Prabowo telah memberikan komitmen dan janjinya secara tertulis dan terbuka untuk dapat diketahui oleh seluruh masyarakat Indonesia," katanya. 
Dukungan ASPEK Indonesia juga telah melalui mekanisme internal organisasi dan diputuskan dalam Rapat Majelis Nasional pada 25 Mei 2014. 
Keputusan itu, yakni ASPEK Indonesia adalah mendukung sikap politik yang diambil oleh Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) pada Pemilihan Presiden 9 Juli 2014. 
Penegasan itu, kata dia, juga sekaligus klarifikasi terhadap berkembangnya isu yang mengatakan bahwa ASPEK Indonesia mendukung pasangan selain Prabowo-Hatta. 
"Ada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan memanfaatkan situasi, yang telah mengklaim dukungan ASPEK Indonesia kepada pasangan lain," katanya. 
Bagi ASPEK Indonesia, kata dia, sikapnya sangat tegas bahwa dukungan hanya diberikan kepada Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. 
"Kami yakin dengan jiwa kesatria yang dimiliki oleh Prabowo Subianto. Prabowo berani tanda tangan kontrak politik, sehingga kami yakin bukan semata-mata untuk sekadar mencari dukungan suara, tapi kami melihat kesungguhan Prabowo ketika merespons 10 tuntutan rakyat yang diajukan oleh KSPI," katanya. 
Prabowo, katanya, setuju menaikkan komponen kebutuhan hidup layak (KHL) dari 60 menjadi minimal 84 komponen, penghapusan sistem kerja outsourcing (alih daya) terutama di BUMN dengan mengangkat pekerja outsourcing menjadi pekerja tetap termasuk di BPJS Ketenagakerjaan. 
Selain itu, pengangkatan pekerja honor dan guru honor menjadi pegawai negeri sipil dan juga terhadap nasib perawat, pedagang kaki lima termasuk buruh migrant. 
Mirah Sumirat juga mengingatkan seluruh pekerja di Indonesia untuk mewaspadai kelompok pengusaha yang selama ini mendukung politik upah murah di Indonesia, yang saat ini justru menjadi tim sukses pasangan lain. 
Bertahun-tahun lamanya, kata dia, gerakan buruh dalam memperjuangkan upah layak selalu berhadap-hadapan dengan Sofjan Wanandi, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), yang mendukung penuh pasangan lain. 
"Bagaimana mungkin akan meningkatkan upah layak buruh jika pendukung utamanya adalah pihak yang menolak penambahan komponen Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dari 60 komponen menjadi minimal 84 komponen?" katanya. 
Karena itu, Mirah Sumirat meminta seluruh pekerja di Indonesia, bersama-sama dengan seluruh anggota ASPEK Indonesia, termasuk pekerja "outsourcing" yang saat ini tidak memiliki kepastian masa kerja, untuk memantapkan keyakinannya dalam mendukung Prabowo-Hatta, sebagai satu-satunya calon presiden yang memiliki komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja. 
"Jika ada pihak yang meragukan komitmen Prabowo yang telah berani menandatangani kontrak politik, maka pekerja seharusnya lebih meragukan komitmen capres yang tidak berani tanda tangan kontrak politik dengan buruh," katanya. 
Presiden KSPI Said Iqbal menegaskan bahwa buruh dan pekerja yang berafiliasi dengan KSPI tetap mendukung pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. 
"Buruh dan pekerja akan terus berkampanye untuk memenangkan Prabowo-Hatta dalam berbagai bentuk aksi di seluruh Indonesia," katanya. 
Bentuk aksi dukungan dan pemenangan Prabowo-Hatta di antaranya berupa rapat umum, sosialisasi, penyebaran "leaflet" dan spanduk di kawasan industri dan perumahan buruh. 
"Kami ketuk pintu ke pintu ke rumah buruh, salam pabrik ke pabrik mengajak buruh memilih Prabowo-Hatta dengan mobil pengeras suara, `long march` berjalan kaki Bandung-Jakarta 300 km, `road show` Jakarta-Semarang
pulang-pergi, seminar dan lokakarya, serta aksi lainnya," katanya. 
Semua itu, katanya, dilakukan untuk memenangkan Prabowo-Hatta dengan target suara buruh lebih 60 persen di seluruh Indonesia. 
"Karena hanya Prabowo Subianto yang telah menandatangani sepuluh tuntutan buruh dan rakyat (Sepultura)," katanya. 
Sepultura dimaksud, kata dia, seperti hapus "outsourcing" (alih daya), upah layak 84 item komponen hidup layak (KHL), jaminan pensiun, wajib belajar 12 tahun, bea siswa ke universitas dan lainnya yang menjadi aspirasi buruh dan pekerja. (ar)

No comments:

Post a Comment